SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN PEMUDA DALAM MEMAJUKAN BANGSA BERNAMA INDONESIA

July 13, 2014



Dalam sejarah kebangsaan Indonesia dari dahulu sampai sekarang, kita tidak melupakan peran pemudanya. Pada zaman penjajahan, para pemudalah yang membangkitkan kesadaran akan perlunya kemajuan, pentingnya pendidikan, dan berorganisasi. Dari sinilah kemudian muncul organisasi pergerakan bernama Boedi Oetomo dan tokoh pemuda salah satunya Sutomo. Pada 1928, banyak pemuda berikut organisasi kepemudaannya melakukan ikrar sebagai bukti kesadaran akan kebersamaan pada sebuah ruh kebangsaan, peristiwa tersebut disebut sebagai Sumpah Pemuda Indonesia, dengan salah satunya adalah Muhamad Yamin. Lalu pada 1945, beberapa pemuda melakukan desakan kepada Bung Karno dan Bung Hatta untuk melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya sebagai bukti perjuangan dan perlaawanan rakyat Indonesia melawan penjajah. Tindakan ini merefleksikan bahwa kemerdekaan yang didapat bukan hanya pemberian dari penjajah.

Selanjutnya, adalah zamannya Soe Hok Gie dengan beberapa organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan melakukan aksi demonstrasi secara militan dan kolosal yang mengkritik pemerintahan Soekarno dan meruntuhkan pemerintahan Orde Lama yang otoriter, lalim, dan mulai melupakan kesengsaraan rakyat. Di sinilah awal mula para pemuda melakukan kritik terhadap kekuasaan dengan jalan turun ke jalan, menggunakan poster, selebaran, diskusi intens, mogok kuliah, menghina lembaga dan pejabat kekuasaan, berkoalisi dengan kalangan politik yag beroposisi dengan kekuasaan, dan melakukan deal-deal dengan kalangan militer yang dianggap relatif bersih.
Hal ini berlanjut pada 70, 80, 90-an yang kesemuanya melakukan kritik terhadap kekuasaan dan pemerintahan Orde Baru, berkaitan dengan kebijakan ekonomi yang tidak memihak kepentingan kelas bawah, hanya menguntungkan segolongan dan kelompok sosial tertentu, kasus-kasus korupsi yang dibiarkan atau dipelihara, kasus-kasus pelanggaran HAM, seperti Kedung Ombo, Nipah, pengekangan kebebasan bepolitik, mulai dari penyederhanaan partai dan agama yang diakui negara, nornalisasi kehidupan kampus yang bertujuan mengandangkan mahasiswa di kampus saja dan mengurangi kekritisan mereka, paket UU politik, dan lain sebagainya. Hal ini berujung pada gerakan pemuda dan mahasiswa pada 1998 yang berhasil meruntuhkan kekuasaan Orde Baru dan medorong lahirnya Orde Reformasi yang dilanjutkan sampai saat ini.
Semangat pemuda Indonesia
Inilah kilasan sejarah bagaimana para pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang terbaik untuk bangsa dan negaranya. Walaupun kita tidak dapat menutupi fakta lain dari para pemuda sendiri terutama saat ini, yang mana kebanyakan dari para pemudanya menjadi pengangguran, Bahkan, para pemuda yang sudah sarjana pun tidak sedikit jumlahnya yang menganggur. Tidak sedikit pula pemuda yang suka urak-urakan, bergaya hidup hedonis, terjebak dalam dunia narkoba, dan minum-minuman. Lalu, para pemuda yang dulunya aktif berdemonstrasi kemudian saat ini melacurkan diri di pemerintahan yang hanya untuk kepentingan kekuasaan dan materi saja serta melupakan cita-cita perjuangannya. Dari sinilah kita harus bertanya apa relevansi menghadirkan sosok pemuda bernama Soe Hok-Gie untuk saat ini?
          Tidak lain dan tidak bukan, melalui sosok Soe Hok-Gie-lah kita menemukan contoh seorang pemuda yang penuh idealis, militansi, semangat membara, dan beraktivitas untuk kebaikan di sekitarnya terutama negaranya. Sosok pemuda yang tidak menyia-nyiakan waktunya hanya untuk senang-senang saja. Sebuah sosok pemuda yang mati muda, yang mengingatkan kita pada Chairil Anwar dan pemikir muda Islam modernis yang mati muda pula, Ahmad Wahib. Ketiga pemuda inilah representasi dari sebuah sajak, “sekali hidup berarti, setelah itu mati” atau dari kata-kata sang filsuf yang begitu idealis, hidup di dunia itu sengsara, maka jangan terlalu lama hidup di dunia, apalagi hanya diisi dengan hura-hura, mending hidup secukupnya dan memberi manfaat begitu lamanya dan dikenang sepanjang masa.
          Selain itu, tentunya kita mengetahui sosok Soe Hok-Gie dalam bersosial dan berorganisasi menunjukkan contoh pemuda memiliki kekuatan sosial yang kuat. Soe Hok-Gie mencontohkan kepada kita seorang pemimpin dari kaum muda mau mempertahankan cita-cita perjuangannya dan idealismenya tanpa tergoda kekuasaan dan materi serta semua gemerlap dunia. Bagaimana ia mengelola para mahasiswa yang anti-politik menjadi kritis politik, bagaimana acara pendakian gunung bukan sekadar mencari senang-senang, bagaimana mengelola sebuah gerakan mahasiswa mau bersatu dalam satu tujuan menghancurkan kekuasaan yang tiran.
Di sinilah kita menemukan sosok pemuda Soe Hok-Gie mengajarkan kepada kita, terutama kaum muda Indonesia, akan pentingnya kebersamaan dalam setiap kesempatan menyelesaikan persoalan. Disebabkan lagi Hok Gie tidak ada permasalahan yang tidak dapat dibicarakan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, asal kita mau semua ada jalannya. Walaupun mungkin penulis kurang setuju dengan idealismenya bahwa hidup harus begitu pendek, harus begitu berarti, maka dia harus mati muda. Apakah kita tidak dapat melampaui semua itu untuk hidup panjang, bisa senang sekaligus berarti? Dengan demikian kita dapat berarti tidak hanya untuk orang lain, tetapi juga bagi diri kita sendiri sehingga kebahagiaan dapat tersebar dan tidak terpusat dan mengelompok.
Soe Hok Gie - The Quote
Kiranya kata-kata bijak dari Paulo Coelho dalam salah satu novelnya, Al Chemist patut kita renungkan bersama, terutama bagi kaum muda atau yang punya semangat kaum muda.
“Orang menjadi tua tidak karena bertambahnya usia, tetapi karena ia menyerah dan mengucapkan selamat tinggal kepada cita-citanya. Ia tidak menjadi tua karena kisut kulitnya, tetapi karena meringkus jiwanya. Kamu akan muda semuda kepercayaanmu, dan kamu akan tua setua keraguanmu. Kamu akan muda semuda harapanmu, dan kamu akan tua setua keputusasaanmu, Maka sejauh keindahan,kegembiraan, keagungan dunia, manusia dan Tuhan merambati hatimu, kamu akan tetap tinggal muda selamanya. Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya”.


Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan
guna,
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku.”
(Soe Hok-Gie)
 

You Might Also Like

0 komentar

Video Of Day