Harga Segelas Air
August 10, 2012
Suatu ketika, Khalifah Harun
Al-Rayid duduk gelisah. Untuk meringankan beban pikirannya, beliau mengundang
ulama terkemuka pada masanya, Abu as-Sammak. “Nasihatilah aku,” pinta Khalifah.
Pada saat yang sama pelayan
membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, Abu as-Sammak berkata,
“Tunggu sebentar seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air
ini tidak kauperoleh, berapakah harga yang kau siap bayar? Jawablah dengan
jujur.” “Setengah dari kekayaanku,” jawab Khalifah.
Sang ulama pun mempersilahkan
khalifah minum. Selesai minum, Abu as-Sammak bertanya lagi, “Seandainya air
tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya, berapakah
yang akan engkau bayarkan agar ia keluar?” Khalifah menjawab, “Setengah dari
kekayaanku.”
Kalau demikian, sadarilah bahwa
seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air.
Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak
nikmat Allah selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak
wajar jika engkau tidak mensyukurinya,” nasihat Abu as-Sammak kepada Harun
Al-Rasyid.
Dialog singkat di atas
memberikan pelajaran berharga. Pertama, hendaklah para penguasa negeri (umara)
dalam seluruh tingkat untuk senantiasa meminta dan mendengar nasihat para
ulama. Selagi para umara masih mendengar nasihat ulama, negeri ini akan selamat
dari murka Allah.
Kedua, nilai segelas air. Air
sangat berharga dalam kehidupan manusia. Manusia akan mati jika kekurangan
cairan (dehidrasi). Air adalah awal dan sumber kehidupan alam semesta. Allah
turunkan air yang tidak asin dengan kadar tertentu agar mendatangkan kebaikan
kepada manusia dan alam semesta (QS al-Waqi’ah [56]: 68-70).
Bumi yang kering akan kembali
subur, binatang yang kehausan dan kepanasan akan tersenyum dengan air, dan
tanam-tanaman akan tumbuh dengan subur serta rezeki akan melimpah tumbuh dari
perut bumi (QS [2]: 22, QS [7]: 57 dan QS [14]: 32).
Kapan makan dan minum yang
paling nikmat? Yakni, ketika lapar dan haus. Itulah sebabnya Allah SWT
mewajibkan kita puasa. Salah satunya, agar enak makan dan minum. Tetaplah
lapar, karena hanya orang lapar yang mengerti arti sebutir nasi. Tetaplah haus
karena hanya orang haus yang mengerti arti setetes air. Itulah makna bersyukur sebagai
salah satu tujuan puasa (QS [2]:185).
Meskipun lapar dan haus, makan
dan minumlah seperlunya (kebutuhan) dan jangan berlebihan (QS [2]:60, [7]:31,
[20]:81). Bagi yang tidak enak makan, tak perlu minum obat nafsu makan. Tapi,
cukup dengan berpuasa, niscaya baik akibatnya (QS [2]:184).
Makna berikutnya, makan yang
enak adalah ketika makan bersama orang-orang lapar, baik karena puasa maupun
kemiskinan. Memberi hidangan berbuka akan dibalas dengan pahala orang yang
berpuasa. Begitu juga memberi makan anak yatim dan dhuafa (QS [76]:8-10).
Jangan makan bersama orang yang
kenyang. Sebab, kenikmatan akan hilang dan akhirnya makanan dibuang-buang.
Itulah kekufuran (QS [2]:152) dan perbuatan setan (QS [17]:26).
0 komentar